Tanggal 31 Oktober 2017 yang lalu ada lomba aneka kesenian
di Taman Hiburan Remaja, Surabaya. Kali ini lomba untuk 2 kecamatan, Tenggilis
dan Gunung Anyar. Aneka lomba yang diadakan: vocal group, menari, syair, tetapi
sekolah hanya mengikuti lomba vocal group.
Mungkin dia dipilih untuk mewakili sekolah karena jumlah
murid yang sedikit. Kami berangkat sekitar jam 3.30 sore dan tiba sekitar jam
4.30 sore lalu kemudian langsung makan karena sudah jam makan malamnya. Karena
kami jadi peserta terakhir jadi kami harus menunggu. Untung banyak mainan di
sana dan daripada BT kami bermain dulu tentunya sama soulmatenya, Noel. Sambil
jalan, dasar anaknya sudah ngantuk sehingga sewaktu mau main sempat jatuh
karena badan sudah mulai lelah tapi masih ingin main. Bagaimana tidak capek,
dari jam 1 siang sudah berlatih dan sampai jam 7 malam belum tampil dan sudah
menggunakan kostum dari sore jam 3, saya aja pasti gerah dan BT, ya begitulah
anak-anak kepolosan dan keceriaan mereka sangat dominan.
Setelah bermain 2 jenis permainan dan makan pizza, akhirnya
kami kembali ke lokasi kami berkumpul untuk berlatih dan retouch make up. Dan
tak lama kemudian kami mendekati panggung. Ya sambil melihat penampilan peserta
lain dan memberi petunjuk. Satu hal yang ditekankan yaitu bahwa, menyanyi buka
berteriak, karena banyak peserta lain
yang menyanyi dengan berteriak sehingga tidak tampak keindahannya.
Tak lama kemudian sebagai peserta terakhir, sekolah kami
tampil. Dan entah kenapa CD yang dipersiapkan macet… OMG, flashdisk juga tidak dapat dipakai, akhirnya menggunakan
youtube, puji Tuhan lancer download nya. Tampillah anak-anak ini. Lagu pertama
lancar, tiba di lagu kedua, doi mulai ngantuk dan tidak semangat di panggung.
Setelah tampil, anak-anak mendapat tiket bermain, dan
langsung menuju arena bom-bom car yang sudah diincar dari sore, sebelumnya saya
janjikan main bom-bom car setelah tampil. Dan kami bis amain pas setelah tampil
sambil pengumuman dibacakan dan kami Juara V, dengan caption dari juri pemenang
bukan dengan suara terkeras. Dan saya, senang bukan main. Tidak sia-sia latihan
berminggu-minggu, menunggu berjam-jam, saya cuti ½ hari, perasaan saya happy
bukan main. Tapi saying anaknya malah cemberut dan tidak mau foto bersama
teman-teman karena piala bukan untuk dibawa pulang kami, tapi untuk sekolah.
Semoga lomba perdana yang diikuti sekolah ini, bisa lebih
sering diikuti oleh sekolah. Dan semoga piala ini menjadi semangat untuk
sekolah dan anak-anak untuk lebih mau mencetak prestasi. Bukan soal pialanya.
Satu hal yang saya tanamkan bahwa piala hanya hasil dari kerja keras. Karena
fisik piala bisa dibeli di toko.