Minggu, 14 Februari 2016

Short escape to Trawas

9-10 Januari 2016 yang lalu kami bertiga berlibur ke Trawas. Hmmm sebenarnya bukan dengan sengaja berlibur tetapi hubby sedang ada training bersama tim marketing propertinya. Saya dan junior ikut aja daripada nganggur di rumah sambil menikmati suasana pegunungan dan hutan.

Sabtu pagi jam 9 kami berangkat dari Surabaya, dan hanya kami bertiga, awalnya seharusnya ada 2 orang yang ikut di mobil kami tapi entah mengapa mereka tidak jadi ikut dan sempat sedikit kesasar.
pemandangan langka di surabaya

Sampai di UTC (Ubaya Training Centre) sekitar jam 11 siang. Kesan saya terhadap tempat ini adalah sangat terawat, di mana-mana ada orang menyapu, mencabut rumput dll. Tempatnya bersih dan nyaman.

Jam 12 kami makan siang dan saya berencana menidurkan junior, tapi apa daya dia lebih ingin melihat acara papinya, jadi kami ikut deh ke manapun papinya pergi, jadi pemandu sorakk, termasuk main air. Suka banget kalo main air sampai basah-basah. Lanjut mandi sore hari lalu ada sesi. Karena si jagoan kecil sudah menahan kantuk sesiangan saya ajak di luar sambil saya bernyanyi lagu rohani yang lembut ngga nyampe 5 menit uda bobok, langsung saya bopong ke kamar. Karena baru tidur jam 6 kami kelewatan makan malam jadi junior tidak akan malam, dan malam hari sempat bangun sekitar jam 8 malam cari papi nya.

suasana senja sambil nidurin junior
Saat bangun sedang sesi mengenai peneguhan bahwa kita semua adalah pemenang. Walaupun saya tidak ikut training tetapi sesi ini juga membuat saya terharu, termasuk para ibu-ibu yang hadir. Karena pada saat itu diputarkan video proses terbentuknya embrio hingga menjadi janin dan lahir. Memang setiap manusia ditakdirkan menjadi pemenang, dan tidak ada siapapun yang berhak untuk meredam atau menghambat mimpi kita menjadi kenyataan. Impian atau keinginan kita tidak hanya melulu diukur dari sisi ekonomi atau harta tetapi juga keinginan dalam hal rohani, misal ingin umroh atau ke tanah suci, mendekatkan diri pada Tuhan dll. Dan satu hal yang sangat menyentuh saya statement: “ semua upaya kita dalam proses mewujudkan mimpi kita akan terbayar lunas saat anak atau istri/suami kita tersenyum bahagia”. Ya apalagi yang menjadi penyemangat kita selain keluarga kita sendiri. Bertahan bekerja walau sebenarnya ingin di rumah dan jadi ibu rumah tangga merawat anak tetapi harus bekerja dan juga mengisi waktu luang dengan berdagang, terjaga di tengah malam untuk beres-beres rumah dan melakukan hal lain saat yang lain tidur, namun saat sedikit saja dana terkumpul dan bisa membelikan anak mainan atau sekedar jalan-jalan yang tidak terlalu jauh dan tidak terlalu mahal sudah bisa menutup semua kelelahan dan kejenuhan.
wefie di jembatan gantung

Keesokan harinya hanya ada 2 sesi dan setelah makan pagi kami habiskan jalan-jalan dengan sesama anak yang juga ikut mamanya dan main di jembatan gantung. Felix sangat menikmati berlarian di jbatan gantung, padahal saya merasa geli saat goyang-goyang.

Saya bersyukur saya bisa ikut pergi, mendengarkan sesi-sesinya dan yang pasti melihat Felix berlarian dan menyatu dengan alam, merasakan dan menikmati karya Tuhan, agar kelak dia bisa mensyukuri karya Tuhan dan turut melestarikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar