Selasa, 27 Oktober 2015

Playdate with Noel

Setelah dari tumpang  10-11 Oktober 2015 yang lalu tg 14.10.2015 adalah hari libur untuk Tahun baru Islam (masuk bulan Sura). Karena sudah lama ingin pergi bersama Noel akhirnya janjian deh dengan Noel, teman sekolah dan teman daycare Felix dari usia 3 bulan.

Awalnya mau ke Grandcity ada acara robo vs dino, tapi karena tiket hari libur lebih mahal dan toh memang belum seberapa paham anaknya akhirnya putar haluan pergi ke KBS (Kebun Binatang Surabaya), ini adalah kunjungan Felix ke2 ke KBS tapi tentunya suasana berbeda karena anaknya lebuh besar sehingga lebih bisa menikmati dan kami pergi bersama sahabatnya.

Begitu melewati pintu gerbang tampak antrian para pembeli tiket masuk saya sudah pengen ngga jadi aja, males kruntelan di dalam, ternyata setelah  masuk tidak seramai yang saya bayangkan kok.

Kami masuk dan mulai jalan perlahan, yang pertama dilihat adalah ada beberapa kandang burung dan beberapa jenis monyet, lalu lanjut rusa dan kambing gunung. Begitu melihat rusa, Felix sudah ingin memberi makan rusa karena sudah 2 kali dia ke Kebun Bibit Surabaya yang di ngagel dan memberi makan rusa.

Kemudian lihat beruang madu dan harimau, antusias sekali saat di depan kandang harimau sambil menirukan suaranya “haummm” wkwkwkwk. Lucu sekali ekspresinya, ingin sekali dia cerita tapi tampaknya masih terbatas kata-katanya sehingga jadi bingung dan terbata-bata.


naik perahu bebek
Sambil jalan kami akhirnya sampai di arena air dan kami naik kapal bebek yang dikayuh (kapal sepeda). Mungkin karena terlalu berat yang naik akhirnya jalannya lambat sekali dan berulang kali nabrak karena tidak bisa belok, akhirnya dijemput oleh petugas, daripada ini kapal ngga kepakai padahal yang antri banyak malah tidak menghasilkan. Para papa capai kayuh mamanya sibuk ketawa-ketawa. Di kolam ternyata ada kura-kura banyak sekali dan anak-anak memberi makan kacang lucu sekali.

kasih makan kura kura, yang hitam2 di permukaan air itu kepala kura kura
melihat banteng

Lanjut ke area singa, harimau, banteng, kuda nil dan gajah. Mau naik gajah tapi antri bukan main dank arena sudah jam 12 siang akhirnya kami memutuskan pulang saja karena anak-anak perlu makan siang. Kami meninggalkan KBS untuk makan siang di bakso Solo Rindu Malam, Jl Ciliwung 123 yang tenar (saya sendiri baru pertama kali ke sini padahal sudah 15 tahun saya di Surabaya), makan sambil ditemani keroncongan. Budaya yang perlu dilestarikan. Dalam perjalanan pulang anak-anak sudah tidur pulas. Kelak kita perlu pergi lagi nih.

KBS ini sudah ada sedari saya kecil dan saya senang sekali berlibur ke KBS, saya tiap ke KBS selalu membeli es krim cone, sebenarnya saya tidak ingat, saya hanya ingat dari cerita mami saya. Kesan ke-2 kali ke KBS sudah banyak perubahan lebih baik dalam hal standar hidup para hewan, saat pertama kali saya ke KBS kondisi hewan sangat mengenaskan, tidak terawatt, kurus, kandang kotor, tetapi setelah kemarin datang lagi kondisinya lebih baik. Trimakasih para pegawai Pemkot untuk perbaikan KBS dan semoga bisa lebih baik lagi.

Pendapat saya pribadi KBS harus tetap ada sebagai hutan kota sehingga udara tidak terlalu panas. DI dalam KBS yang banyak pohon besar walaupun panas tetapi sejuk karena rindang. KBS juga menjadi daya tarik wisata kota Surabaya yang terjangkau oleh semua kalangan, tiketnya 15.000, bila KBS dirubah menjadi mall mau kemana anak-anak belajar aneka satwa? Apakah harus ke luar kota, Taman Safari Prigen, atau Secret zoo, Batu yang lebih jauh dan lebih mahal? Mari kita semua juga belajar peduli dengan apa yang ada di sekitar kita, misal buang sampah di tempatnya, dll.

Kamis, 22 Oktober 2015

Finally Tumpang

Rasanya terakhir kali saya ke Pertapaan Karmel Tumpang adalah awal tahun 2012, berarti sekitar 3 tahun yang lalu. Itupun ke Tumpang untuk konseling, karena saya merasa luar biasa jenuhhhhhh. Seiring dengan berjalannya waktu, kelahiran baby di awal 2013 sampai saat ini keinginan untuk ke Tumpang terpendam dalam sekali, walaupun kerinduan untuk ke sana begitu besar.

Akhirnya pada 10-11 Oktober 2015 yang lalu kami ke Tumpang, dan inipun pengalaman perdana Felix ke Tumpang. Kami pergi ke Tumpang dalam rangka acara rekoleksi dalam rangka ulang tahun Wilayah kami, karena acara diadakan di Tumpang, tanpa pikir panjang kami langsung bersedia ikut. Sambil ajak teman-teman yang saya kenal di wilayah, barulah saya tahu kalau pengaturan kamar cewek sendiri dan cowok sendiri, barulah saya galau….. akhirnya dengan perjuangan panjang, kami bisa sekamar.

Sabtu tgl 10 saya yang seharusnya masuk sengaja tukar libur, harapan kami ingin berangkat lebih dahulu untuk menghindari macet, awalnya mau semobil dengan keluarga Yuliana tetapi ngga jadi akhirnya kami berangkat jam 1 siang kumpul bersama peserta yang lain. Sekitar 1.15 kami berangkat dengan 6 penumpang menuju Tumpang. Puji Tuhan perjalanan lancar dan kami tiba di Tumpang setelah menempuh perjalanan selama 3 jam, kami melalui tol baru yang langsung turun di dekat Taman Dayu Pandaan.

Setiba di Tumpang kami mencoba menyapa beberapa suster, salah satunya Sr. Magda yang ditugaskan di dapur, namun sayang sekali beliau sedang cuti dan pulang kampung juga Suster Ima di resepsionis, rasanya begitu lama kami tidak menginjakkan kaki di Tumpang.


Begitu datang langsung disambut dengan pisang goreng khas tumpang dengan the hangat dan kopi tubruknya, sungguh nikmat walaupun snack yang sederhana sekali. Sesi mulai jam 5 sore dan kami mengikuti sesi. Seusai sesi pertama makan malam tiba dan menunya bakmoi tahu dengan telur masak kecap, sungguh mengobati kerinduan kegiatan camping rohani. Lalu lanjut sesi, dan Felix ikut acara sekolah minggu dengan saya, karena belum banyak kenal dia kurang menikmati. Dan acara dilanjutkan dengan Adorasi Taize, karena juga ada kelompok yang sedang rekoleksi untuk Adorasi digabung. Awalnya saya galau apakah akan ikut atau akan menidurkan Felix, saya mantapkan hati untuk mengikuti adorasi dan sungguh baru lagu pertama air mata saya langsung menetes, rasanya kegalauan, kerinduan hati meleleh bisa merasakan hadirat Tuhan begitu dekat. Dan karena suasana yang sejuk dengan alunan lagu yang lembut Felix tertidur di pangkuan saya. Semoga dia kelak juga mau ke Tumpang dan menjadi aktivis juga.

adorasi
Begitu masuk kamar, langsung saya terkejut karena tempat tidur di set single untuk 3 orang, dengan 1 ranjang susun, hmmmm putar otak akhirnya dimodifikasi, ranjang dibuat mepet sehingga lebar dan spon ranjang atas ditaruh lantai, saya pribadi khawatir karena  sadar badan besar takut kalau tidur di atas ada kecelakaan malah menimpa junior. Tepat saya mulai ngantuk Felix bangun minta pulang karena merasa sumuk (panas) dan dia merasa jelek kamarnya. Puji Tuhan saat dibisikin papinya bahwa hidup ngga selalu enak kadang juga susah, dia bisa tidur lagi.

Keesokan harinya diawali dengan doa Yesus lalu makan pagi dan lanjut sesi, kali ini Felix mbolos sekolah minggu malah main di taman bersama Nathan. lanjut makan pagi dengan mie kuah dan tahu yang digoreng kering dan disiram sambal kecap dan seledri. Puji Tuhan Felix suka mie nya dan makannya banyakkkkkk.

Tepat jam 9 pagi lanjut misa hari minggu, dan lagi-lagi Felix bobo, para peserta rekoleksi sampai heran lihat Felix bobo dengan nyenyaknya selama misa. Habis misa seperti biasa beli kue khas Tumpang, ote ote dan sale pisang, ternyata Felix suka sale pisang gorengnya. Saya juga beli kering kentang untuk stok lauk sarapan Felix saat sekolah.

Lalu lanjut dinamika kelompok foto dan pulang. Dan tanpa diduga bertemu anggota KTM Tulungagung yang lama sekali tidak jumpa tentunya harus diabadikan momentnya.

Setelah lama tidak melihat kesederhanaan para Suster, dan sibuk dengan berbagai hal duniawi di Surabaya, melihat mereka hanya menggunakan sandal jepit sehari-hari seolah menegur saya, apa yang saya cari di dunia ini, bukankah sederhana itu indah. Apa yang kita butuhkan? Kita butuh makan bukan butuh makan mahal, kita butuh tempat tinggal tapi bukan butuh rumah super mewah dengan harga milyaran, semoga saya juga bisa tetap hidup sederhana dan tetap bersyukur.

Sudden Trip to Parakan

Tanggal 14 September 2015 yang lalu tepat hari senin kami sekeluarga menerima berita duka. Sedari pagi jam 7.30 HP berdering terus tetapi karena sedang sibuk siapkan Felix berangkat kami tidak mengangkat telponnya. Begitu saya sampai di kantor, dalam perjalanan menuju ruangan, ada telpon lagi menginformasikan bahwa mama mertua saya meninggal dunia, saat menerima info saya jujur sangat kaget dan sempat bingung, karena papa mertua di Parakan seorang diri sedang 3 anaknya merantau semua dan jaraknya jauh sehingga untuk mencapai rumah butuh waktu lama, belum lagi Parakan yang tidak dapat dijangkau dengan Pesawat terbang maupun kereta api. Yang ada di pikiran saya adalah Eko harus segera pulang dan menemani papanya mengatur segala sesuatunya, apalagi Eko adalah anak cowok satu-satunya dan anak pertama. Singkat cerita Eko berangkat sendiri dengan driver dan dia yang pertama sampai rumah sekitar jam 11.30 malam. Sedangkan saya dan Felix berangkat sore sekitar jam 4 bersama sahabat (baca saudara: Ria dan mbak Ira) bersama driver. Kami sempat menginap di Magelang hanya untuk istirahat dan sampai di rumah duka sekitar pkl 11 siang.

Acara tutup peti ditunda beberapa jam, yang seharusnya jam 10 pagi ditunda ke jam 2 siang menanti adik yang dari Bali. Singkat cerita semua anak berkumpul di rumah termasuk para cucu. Jujur ini adalah  perkumpulan semua keluarga tanpa mama setelah 2 tahun tidak berkumpul, karena pada saat adik paling kecil menikah keluarga kecil saya menginap di hotel. Pantas saja mami saya sering berkata bahwa kita bisa lengkap berkumpul saat ada yang meninggal atau menikah.

Mama dimakamkan pada hari Rabu tgl 16 September 2015 di pemakaman di Parakan, pemakaman satu-satunya tampaknya di mana banyak para leluhur yang sudah dimakamkan di sana dari Kong Co (kakek buyut, maaf kalo salah ketik) bahkan atasnya lagi.

Kami di sana sampai 7 hari mama meninggal, sambil Eko urus surat kematian untuk cuti di kantor dan membantu Papa menyelesaikan berbagai administrasi. Saya lebih banyak menemani Felix di rumah. Karena seminggu kumpul, Felix jadi akrab dengan sepupunya si Galuh. Dan tampaknya Felix sangat menikmati di Parakan karena banyak mainan, maklum toko mainan, ada teman bermain (kalau di rumah dia seorang diri) dan rutinitas yang berbeda, semua serba terburu-buru di Surabaya.

Satu hal yang mau saya bagikan, ini pengalaman dari mami saya dan mama mertua,  mereka kira-kira 2 minggu sebelum meninggal sama-sama rajin banget telpon anaknya minta anaknya pulang. Mungkin sudah firasat, tetapi tidak dapat mengungkapkan. Dasar manusia, dengan berbagai alasan kami tidak pulang dan tidak ada pikiran bahwa akan dipanggil Tuhan dalam waktu dekat. Kami sendiri rencana pulang saat natal besok. Bila orang tua memanggil kita untuk pulang, ada baiknya kita pulang dan sekedar menyampaikan salam, kita  tidak tahu apakah akan menjadi yang terakhir atau tidak, semua misteri Ilahi.

pemandangan di depan kamar, sebelum pulang surabaya
rukun nonton youtube bersama sepupu Galuh
Kami kembali ke Surabaya hari minggu sore dan kami bermalam di daerah Tuban agar Eko dan Felix bisa istirahat. Kami hanya pindah tidur saja dan paginya kembali melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Kami ambil kamar yang paling bagus, ada bath tub agar Felix bisa main air. Karena capek ada barang ketinggalan, tetapi pegawai hotel baik, saat kami telpon mereka mau kembalikan hanya dengan bayar ongkir. Walaupun bukan hotel berbintang tetapi pelayanan mereka bagus, sayangnya saya lupa namanya.

aquarium di lobby hotel
Perjalanan ke Surabaya via Pantura  dari Tuban begitu gersang dan resto pada tutup sehingga sarapan Felix hanya Pop Mie di salah satu indomaret. Puji Tuhan semua lancar sampai rumah.

Refleksi untuk saya pribadi adalah, pada saat di persemayaman dan di pemakaman jumlah orang yang datang untuk memberi penghormatan terakhir baik pada saat mama maupun mami saya meninggal banyak sekali. Artinya beliau memiliki kesan yang baik dan cukup mendalam bagi mereka yang hadir. Semoga kelak saat saya meninggal juga kesan baik yang ada bagi orang-orang di sekitar saya.

Minggu, 11 Oktober 2015

Bless to be Blessed

Motto Bless to be blessed adalah salah satu moto kelompok sosial di Surabaya yang punya agenda rutin berbagi ke Panti Asuhan, bagi makanan ke orang di pinggir jalan dll. Saya pribadi tidak pernah bergabung dalam kelompok tersebut, tetapi adik saya pernah terlibat di dalamnya. Saya bukan mau promosi atau ada tujuan lain dengan kelompok ini. Saya hanya ingin bercerita tentang berbagi.

Sebagai makhluk sosial kita juga harus berbagi. Entah mengapa tiba-tiba saya ingin berbagi, awalnya saya kepikiran mau jumpstreet, semacam bagi makanan jadi/ nasi bungkus ke pemulung dll. Ide sudah saya lontarkan tapi tampaknya hubby kurang setuju, ya sudah diurungkan niatnya.

Mungkin memang sudah Tuhan atur di akhir September ada pesanan kue dalam jumlah yang cukup banyak untuk syukuran atas kelahiran anak / man yuek / 1 bulan sehingga ada rejeki lebih dan di saat yang bersamaan KTM sedang mengumpulkan dana untuk baksos untuk Pare (daerah di Kediri) dan juga ada salah satu guru SD saya yang juga sakit dan butuh dana dan teman-teman se-alumni juga sedang mengumpulkan dana untuk beliau.

Saya hanya mau berbagi cerita bahwa pada saat Tuhan sudah menetapkan, Tuhan juga memberi dorongan pada saya untuk berbagi dan Tuhan juga menyediakan rejeki yang harus saya bagikan, dan Tuhan juga sudah menyediakan pada siapa saya harus berbagi. Tuhan sudah mengatur jalan hidup setiap kita dengan indah, mungkin buat kita tidak enak tetapi pasti indah pada akhirnya. Walaupun saya harus begadang 2 malam di saat yang lain libur Idul Adha untuk memenuhi pesanan tetapi saya bahagia.

Beberapa orang heran dengan apa yang saya lakukan bekerja di pagi hari, lalu urus rumah dan anak dan di malam hari terkadang (tidak setiap hari lho ya, kalau setiap hari saya sudah pingsan duluan) harus begadang untuk buat kue. Bukan mengenai nilai uangnya, dan saya pun bertanya-tanya apa yang membuat saya senang terima pesanan dan mengerjakannya di malam hari, dan baru saya sadari ternyata pada saat itu saya memiliki “me time” tidak ada yang mengganggu hanya saya dengan kesibukan saya. Memang saya kurang suka ke salon seperti para wanita lainnya atau shopping dan ngerumpi, bahagia  itu sederhana.

Tuhan memberi kita rejeki, mari kita juga menjadi saluran berkat untuk orang lain.


Berbagi itu indah dan membahagiakan  dan berbagi juga tidak akan membuat kita kekurangan.


Rabu, 07 Oktober 2015

Sedikit Bicara, Banyak Mendengar

renungan di kantor yang juga menyentuh hati, semoga bisa memberkati

Selain itu Yakobus juga mengingatkan bahwa mulut harusnya diisi dengan hal-hal positif, memuji Tuhan dan memberkati orang lain, bukan dengan kutuk dan hal buruk lainnya. "Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi." (Yakobus 3:9-10). Dan seperti yang sudah saya sampaikan di atas atau di renungan kemarin, Yakobus bahkan mengumpamakan bagaimana lidah yang kecil bisa menjadi bagaikan api yang menghanguskan ribuan hektar hutan seperti yang sering terjadi di berbagai belahan dunia. "Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka." (ay 5-6). Bahkan kemudian ia juga berkata bahwa lidah itu buas, tidak terkuasai dan penuh racun yang mematikan. (ay 8). Yakobus tidak berlebihan menyitir akan hal ini, karena fakta membuktikan banyaknya orang yang harus hancur masa depannya karena ketidakmampuan mereka mengontrol lidah atau kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut bukanlah tanpa tujuan. Itu bukan pula suatu kebetulan semata. Mengingat jumlah telinga yang ada dua sedang mulut hanya satu, jelas bahwa Tuhan ingin kita lebih kepada mendengar dan bukan cuma bicara. Pada kenyataannya kita sering lupa akan hal ini. Kita punya dua telinga tapi tidak mempergunakannya secara maksimal kepada hal-hal yang membawa kebaikan, baik pada diri sendiri maupun orang lain.

Perhatikan bagaimana Tuhan menegur bangsa Israel yang dikatakan buta dan tuli. "Engkau melihat banyak, tetapi tidak memperhatikan, engkau memasang telinga, tetapi tidak mendengar." (Yesaya 42:20). Ternyata sudah dari dulu telinga yang diberikan Tuhan tidak difungsikan dengan benar. Kalau mundur lebih jauh, sejak Adam dan Hawa pun masalah ini sudah terjadi. Tidak heran jika Yesus berulang kali menyatakan "barang siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar" dalam berbagai kesempatan. Kalau untuk mendengar orang saja kita malas, apalagi Tuhan. Tuhan selalu menjaga, mengingatkan bahkan menegur kita, tapi kita terlalu sibuk dalam hal-hal lain untuk mau mendengar perkataanNya. Pada akhirnya yang rugi ya kita sendiri juga.

Telinga boleh sama-sama ada, namun hanya sedikit yang mau mendengar dengan sungguh-sungguh dan lebih sedikit lagi yang mau melakukan. Dalam Amsal dikatakan: "baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan" (Amsal 1:5). Orang yang bijak itu akan mendengar dan terus menambah ilmu lewat itu. Kalau belum apa-apa sudah membantah, kalau masih punya sifat hanya mau didengar tapi tidak mau mendengar, itu bukanlah ciri orang bijak.

Ketika kepada sesama manusia pun kita harus menjaga perkataan kita, lebih terutama lagi kita harus menjaga perkataan kepada Tuhan. Segala perkataan itu, sekecil apapun tetap harus dipertanggungjawabkan. Yesus mengingatkan demikian: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:36-37). Selain menjaga perkataan dan tidak boros menghamburkannya, ingatlah bahwa alangkah baiknya kita lebih banyak mendengar ketimbang bicara. Mendengar bisa membuat kita lebih dewasa, lebih bijak dan lebih mengerti. Itu jauh lebih bermanfaat ketimbang hanya berbantah tanpa tujuan selain mencari kepuasan diri sendiri.

Bicara boleh, tapi jangan boros dengan kata-kata yang tidak perlu atau malah merugikan. Dan yang lebih penting lagi, dengarkan baik-baik terlebih dahulu sebelum terburu-buru menjawab. Ayat bacaan kali ini mengatakan itulah yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bodoh, dan kata penulis Amsal itulah yang dilakukan oleh mereka yang bijak.

Listen twice as much as you talk