Senin, 23 Februari 2015

spaghetti bolognaise

Lagi pengen banget makan daging pas diskon daging giling di Superindo, dan ada stock spaghetti, akhirnya buat spaghetti.

Bahan:
150 gram spagheti, direbus
4 siung bawang putih, cincang halus, 
1 buah bawang Bombay ukuran kecil potong dadu
1 sendok makan minyak untuk menumis 

Bahan Tumisan:
100 gram daging giling 
50 gram jamur kancing, dipotong 3 bagian (optional)
2 buah tomat merah, dicincang kasar
1 wortel potong dadu (optional)
5 sendok makan saus tomat 
1 sendok makan pasta tomat (opsional)
3/4 sendok teh garam 
1/4 sendok teh merica bubuk enak menggunakan merica hitam
3/4 sendok teh gula pasir 
200 ml air 
1/2 sendok teh oregano 
1/2 sendok teh basil (optional, saya ngga pakai)
2 sendok makan minyak untuk menumis 

Cara membuat:
  1. Panaskan air Masukkan spagheti beri garam  dan sedikit minyak agar tidak lengket. Aduk rata. Angkat dan sisihkan.
  2. Panaskan minyak. Tumis bawang bombay sampai harum. Masukkan daging giling. Aduk sampai berubah warna.
  3. Tambahkan jamur kancing, wortel dan tomat. Aduk rata. Masukkan saus tomat, pasta tomat, garam, merica bubuk, dan gula pasir. Aduk rata.
  4. Tuang air. Masak sampai matang dan meresap. Tambahkan oregano dan basil. Aduk rata.
  5. Tuang ke atas spagheti. Sajikan dengan parutan keju.

Imlek 2015

Tanggal 19 Februari 2015, hari kamis yang lalu adalah salah satu hari libur nasional di Indonesia untuk memberi kesempatan warga keturunan etnis Tionghoa untuk merayakan tahun baru imlek. Masih kental diingatan saya pada masa saya sekolah SD dulu untuk merayakan imlek banyak yang bolos sekolah karena tidak libur, sedangkan di keluarga besar saya biasanya kumpul pada hari minggunya. Setelah Presiden Indonesia dijabat oleh Gus Dur barulah imlek dijadikan hari libur nasional, thanks to Gus Dur.

Ini adalah tahun kedua imlek saya lalui tanpa kumpul dengan keluarga besar, tepatnya sejak nenek saya meninggal. Biasanya setiap tahun rumah selalu dipenuhi banyak orang untuk kumpul keluarga (keluarga saya kumpul pada saat imlek, bukan natal). Dari anak nenek sampai buyutnya semua datang. Saya merindukan suasana imlek tapi bingung juga dengan siapa. Sempat terpikir bahwa tahun ini mau kumpul di keluarga Jember tetapi karena akhir januari kami baru ke Jember untuk kondangan salah satu saudara Eko, saya urungkan niat untuk merayakan imlek di Jember.

Imlek tahun ini kami berkumpul di rumah keluarga adik saya untuk makan-makan acara malam tahun baru. Felix saat melihat Toto, anjing peliharaan adik saya sangat suka tetapi malah takut saat Toto mendekat. Tetapi pada saat banyak orang, Felix cenderung menarik diri, mungkin karena banyak orang baru yang tidak dikenal. Dan setelah banyak yang pulang, barulah Felix mau bercanda dengan adik saya.
bersama Jojo dan Jovan

Pas tahun barunya, keesokan harinya, Felix saya ajari untuk pai, ngga mau. Ya karena belum pernah juga, semoga ke depan bisa terbiasa untuk merayakan imlek. Dan untuk mengisi acara, setelah tidur, kami sekeluarga bertemu dengan keluarga Dimas-Dewi yang tidak berkumpul dengan keluarga karena keluarganya jauh di Jawa Tengah.

Karena Felix lama tidak berjumpa awalnya malu-malu dengan Jojo anak pertama mereka, tetapi kemudian setelah makan mereka berdua malah asik main, kejar-kejaran, dan main di toko buku. Lalu kami main di area bermain anak dan Felix cukup menikmati main dengan teman-temannya yang seusia.

Dan Felix dapat angpao.... yeai. Felix belum mengerti angpao, sehingga setelah dikasih ya masih diabaikan.
sebagian angpao Felix1q

Keeseokan harinya giliran tetangga yang ke rumah, bersama ketiga anaknya yang Felix cukup suka bermain bersama. Dan Felix dapat ang pao lagi. Lalu Felix datang ke rumah sebelah bersama teman-temannya. Saat ke rumah Koko Kenny, Felix digandeng oleh Clement dan Cherry, bahkan lupa sama maminya. Saya melihat bahwa Felix menikmati bermain bersama teman sebayanya. Di rumah koko Kenny ada sekitar 8 anak kecil bermain bersama, terbayang kan betapa hebohnya dan serunya. Justru saat itu saya bisa melihat cara Felix berkomunikasi dengan teman-temannya, yang tidak bisa saya lihat pada saat Felix di daycare. Tampaknya tak lama lagi Felix bisa berangkat bermain sendiri.


Itu imlek tahun ini, semoga menjadi berkah untuk kita semua.

berikut hanya sekilas info untuk kita semua:

Imlek sama halnya dengan tahun baru masehi atau tahun baru hijriah umat Islam.  Tahun baru Tionghoa ini dirayakan setiap tahunnya, sesuai dengan perhitungan tahun China. Dalam perayaan Imlek ini, rakyat Tionghoa mempunyai tradisi uniknya sendiri.

Makna Tradisi Leluhur Malam Imlek ( Chuxi )
(Sumber Artikel : Kebajikan De εΎ·)
Pada beberapa hari menjelang tanggal 30 bulan 12 Imlek (chuxi) atau Sa Cap Me, rakyat Tiongkok biasanya mempunyai tradisi untuk melakukan pembersihan besar-besaran di rumah.
Setelah pembersihan, seisi keluarga akan mulai memasang kuplet dan lampion perayaan Tahun Baru Imlek, dalam rangka menciptakan suasana riang gembira.
Pada hari terakhir bulan ke-12, baju yang sobek dan lauk-pauk yang belum habis dimakan akan dibuang menjelang datangnya hari Tahun Baru Imlek, dengan maksud agar kemiskinan tidak menjumpai rumah itu.
Yang Unik dalam Perayaan Imlek yaitu : Acara makan besar bersama keluarga di malam Tahun Baru Cina.
Malam Tahun Baru adalah malam khusus yang disebut juga chuxi yang dalam bahasa Cina berarti menghapus yang lama dan jahat juga berdoa untuk menyongsong kedatangan tahun baru yang terbaik adalah malam terakhir menjelang hari Tahun Baru Imlek.
Malam ini sering disebut juga dengan Da Nian Ye (dapat diterjemahkan secara harafiah menjadi 'new year's eve). Orang Hokkian di Medan menyebut dengan 'Sa cap me' dari bahasa Mandarin 'shanshi ye', artinya adalah "malam tanggal 30 ".
Pada hari ini juga biasanya diadakan upacara sembahyang yang dikenal sebagai upacara Sembahyang Tutup Tahun ( tanggal 30 bulan 12 Imlek ). Sembahyang ini khusus diadakan untuk menghormati dan memuliakan leluhur, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ungkapan rasa Bhakti (Hauw) anak terhadap Orang Tua / Leluhur.
Upacara ini juga merupakan wujud dari pelaksanaan ajaran moral Confusianis yang bersifat humanis, religius dan yang berakar kuat pada penekanan konsep bakti atau disebut xiao, dalam bahasa Inggris disebut juga filial piety.
Setelah itu dalam perayaan Sa Cap Meh (malam tahun baru Imlek) tradisional tanggal 30 Cap Dji Gwee (bulan 12), biasanya seluruh anggota keluarga yang bekerja dan memiliki kesibukan di daerah lain, akan pulang ke rumahnya untuk berkumpul makan bersama dan saling bercerita atau mengobral santai menyambut datangnya Tahun Baru Imlek yang penuh harapan ini. Biasanya dimana orang tuanya tinggal merupakan tempat berkumpul untuk makan bersama.
Makan bersama ini memiliki makna sebagai ungkapan kebersamaan dan keutuhan keluarga dalam menyambut tahun baru Imlek. Makan adalah sumbu hidup. Makan bersama adalah untuk bersama sama mensyukuri kehidupan. Apapun agamanya, pada malam tahun baru Imlek ini seluruh anggota keluarga akan berkumpul bersama untuk mensyukuri sumbu kehidupan yang masih menyala, yang dilakukan dalam bentuk makan bersama.
Makanan yang tersaji pun terkesan mewah dan lain dari biasanya, sebab mempunyai harapan yang besar di malam tahun baru agar keluarga selalu terjaga keharmonisan dan kebaikan.
Makanan yang disiapkannya, berisikan Doa Ibu yang memasaknya agar keluarganya dilimpahkan berbagai berkat sepanjang tahun. Bahan makanan yang dipilih adalah bahan makanan yang memiliki makna, diharapkan sepanjang tahun si pemakan akan dilimpahkan hal-hal yang baik.

Beberapa makanan tersebut adalah:
1. Rebung = Harapan dan Keberuntungan.
2. Rumput Laut Hitam (Fucai) = Kemakmuran.
3. Mie = Panjang umur.
4. Ayam dan Ikan = Kebahagiaan dan Keberuntungan.
5. Bebek = Kesetiaan dan Ketaatan.
6. Haisom/Teripang laut = Kesehatan.
7. Jeruk Mandarin = Kekayaan, Keberuntungan dan keutuhan (meskipun terpisah-pisah tetap bersatu dalam satu keluarga).
8. Kue Keranjang = Tekstur yang lengket melambangkan keluarga selalu Rukun.
Di Tiongkok utara ada kebiasaan makan jiaozi (penganan berbentuk pempek kapal selam mini, terbuat dari tepung khusus berisi daging dan sayur). Alasannya, ada pepatah berbunyi nian nian you yu "setiap tahun ada sisa". Kata yu yang berarti "sisa" berbunyi sama dengan kata yu yang berarti "ikan".
Kesamaan bunyi itulah yang menyebabkan mengapa ikan menjadi hidangan wajib di malam tahun baru. Dengan makan ikan, berarti dalam segala hal ada sisa. Tentu saja yang dimaksud adalah kelebihan rezeki.
Makanan wajib lainnya, kue keranjang yang disebut nian gao. Kata gao "kue" berbunyi sama dengan gao yang bermakna "tinggi". Dengan makan kue keranjang, diharapkan rezeki seseorang setiap tahun bertambah tinggi.
Buah jeruk menjadi lambang keberuntungan karena lafal kata jeruk dalam bahasa Mandarin-juzi-mirip ji yang berarti "keberuntungan".
Sejak zaman Dinasti Tang, malam tahun baru Imlek dirayakan dengan pesta kembang api atau mercon, selaras penemuan bubuk mesiu para ahli kerajaan itu sehingga kebanyakan keluarga melek semalam suntuk sampai pagi untuk menyambut tahun baru, menyalakan petasan dan kembang api untuk mengusir 'nian' mahluk jahat yang menurut legenda hobby makan manusia. Suara keras petasan dipercaya menakuti si nian tadi. Sekarang makin melenceng untuk sekedar keramaian dan dipercaya mengusir roh jahat.
“Shoushui” atau tidak tidur pada malam menjelang hari Tahun Baru Imlek adalah kegiatan yang umumnya dilakukan rakyat Tiongkok. Anak-anak kecil paling gembira melakukan kegiatan “shoushui” karena bisa merayakan hari raya bersama dengan orang dewasa semalam suntuk, yang penuh dengan suasana riang gembira.
dumber:
https://www.facebook.com/permalink.php?id=244219005629774&story_fbid=512891078762564


Senin, 16 Februari 2015

my mom, my hero

PUJIAN UNTUK IBUKU

Baca: Amsal 31:10-31

Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua. (Amsal 31:28-29)


Bacaan Alkitab Setahun:
Bilangan 3-4


Saya tertarik membaca ungkapan hati Dena Dyer tentang ibunya. Ia menulis, “Ibu belum pernah ikut lari maraton, namun tengah malam ia bisa lari ke toko membeli obat ketika aku sakit. Ibu belum pernah bekerja di luar rumah, namun ia menjadikan rumah kami seperti oasis. Ibu adalah panutanku. Ibu menyeka begitu banyak air mata ketika aku menghadapi masalah dengan anak laki-laki, menenangkanku ketika aku bermimpi buruk, dan melantunkan ribuan doa untukku. Aku sudah berkali-kali memberi tahu ibu: dialah pahlawanku. Aku tersenyum senang jika orang berkata aku mirip ibuku karena aku tidak ingin mirip siapa pun di dunia ini selain ibuku.”

Berapa sering anak kita memberikan pernyataan yang tulus dengan menyebut ibunya sebagai orang yang berbahagia? Bukan pernyataan yang dibuat-bu
at, melainkan lahir dari pengalaman anak dalam kehidupan rumah tangga, dalam melihat sikap dan perilaku seorang ibu di tengah keluarga. Penulis kitab Amsal menyebutkan bahwa istri yang takut akan Tuhan merupakan modal penting dalam rumah tangga yang berbahagia. Ia menjadi kebanggaan dan membangkitkan sukacita bagi suami dan anak-anaknya.

Sungguh besar peran seorang ibu di tengah-tengah keluarga kita. Mereka dipanggil Tuhan menjadi penolong bagi suami dan ibu bagi anak-anak mereka. Ketika badai menerpa perahu kehidupan rumah tangga, para ibu diharapkan tetap berdiri dengan iman yang teguh, mendukung sang suami dan menenangkan anak-anak. Mari kita meluangkan waktu untuk berdoa bagi para ibu.—SYS

PEREMPUAN YANG CAKAP DAN TAKUT AKAN TUHAN
MENDATANGKAN BERKAT BAGI SUAMI DAN ANAK-ANAKNYA

Di atas adalah renungan yang biasa diemail oleh salah seorang staf di kantor beberapa hari lalu. Entah mengapa saat membacanya hati saya bergetar.

Saya sendiri memandang mami saya luar biasa, sebagai single parent (janda) yang mampu menguliahkan 2 anaknya seorang diri. Perjuangan yanh dilakukannya luar biasa. Tidak munafik bahwa pada saat saya kecil/ABG, saya pun iri dengan kehidupan teman yang lain yang tampak sangat indah, materi tersedia, orangtua lengkap, dan penuh kasih sayang. Saya iri dengan teman-teman saya yang dekat dengan ibunya, sedangkan mami saya sibuk bekerja, jarang ngobrol dan meluangkan waktu bersama keluarga.

Titik balik saya adalah pada saat saya kuliah, saya juga tidak paham dengan jelas mengapa saya tiba-tiba memandang dengan sudut pandang yang berbeda. Saya melihat pengorbanan mami yang luar biasa. Pernah suatu ketika, mami sakit dan tidak dapat bekerja, otomatis tidak ada yang masak, suasana rumah jadi sepi, mami hanya mengurung diri di kamar dan istirahat. Terasa aneh karena biasanya mami sibuk di dapur hingga malam dan bekerja.

Sampai pada saat mami meninggal, saya membaca buku hariannya, di mana mami menuliskan perasaannya saat merindukan papi yang bekerja di Jakarta sedangkan kami di Probolinggo. Saat papi mengalami kecelakaan dan harus menemani papi saat koma selama sebulan di RS dan akhirnya papi meninggal, bagaimana mami seorang diri ke Medan (tempat yang mungkin tak pernah dipikirkan oleh mami saya) untuk memakamkan papi dan mengurus semua permasalahan dokumen, belum lagi dengan uang yang terbatas. Bahkan setelah itu melihat ada 2 anaknya yang masih SD dan TK yang masih harus dinafkahi. Di buku itu, saya baca betapa mami saya berusaha tegar dan kuat di depan kami anak anak dan keluarga lain, padahal mami saya juga capek, hancur, dan putus asa.

Di mata saya mami adalah sosok yang luar biasa, bukan yang sempurna tapi punya semangat dan pengorbanan yang luar biasa. Pengorbanan karena cintanya pada keluarga.

Saya jadi berkaca  pada mami, akankah Felix juga bisa merasakan hal yang sama, melihat maminya juga papinya sebagai sosok yang penuh cinta dan pengorbanan untuk keluarga. Bukan karena saya ingin dikagumi. Tapi menjadi tugas saya sebagai seorang ibu untuk membawa cinta di rumah-keluarga.

Untuk semua ibu, seberapapun kita sibuk bekerja atau capek, saya yakin di lubuk hati yang paling dalam kita rindu untuk banyak menghabiskan waktu bersama keluarga.

I found back my old me

Baru saya sadari akhir-akhir ini betapa bahagianya saya. Bukan karena hal yang luar biasa, tetapi hobby saya yang sudah terkubur begitu lama mulai tersalurkan. Selain itu saya mulai melihat munculnya tanda-tanda penuaan. Usia yang sudah memasuki usia 30an, tidak dapat berbohong. Penuaan mulai terjadi, seperti kulit yang mulai keriput disekitar mata dan tumbuhnya uban (alias rambut putih), oh nooooo. Saya masih merasa berusia 25 tahun padahal aslinya jauh lebih tua dari itu. Dan lucunya saya seakan menemukan kebahagiaan saya kembali di usia yang tidak lagi muda wkwkwkwkwk



Dulu pada masa saya masih sekolah di bangku SMP dan SMU, saya punya keinginan untuk bisa memasak dan membuat kue, bahkan keinginan ini yang membuat saya memilih jurusan Fakultas Teknologi Pangan di Unika Widya Mandala pada saat memilih jurusan kuliah selepas SMU. Karena pada saat pihak Universitas datang ke sekolah untuk promosi, dan saat bertanya-tanya yang saya tangkap dari penjelasan mereka adalah bahwa jurusan Fakultas Teknologi Pangan tidak hanya mempelajari aneka pengolahan makanan tetapi juga semua reaksi yang terkait di dalamnya.



Keinginan saya untuk terampil membuat kue dan memasak terkubur kesibukan kuliah dan organisasi di luar kegiatan kuliah. Dengan jadwal praktikum yang padat dan banyaknya tugas membuat rutinitas saya penuh dan melupakan cita-cita saya.



Sebenarnya keinginan untuk berjualan kue dan makanan sudah lama ada, bahkan dari dulu saya sudah mendorong mami saya untuk jual kue (menurut saya mami saya lumayan jago buat kue buat anak-anaknya).



Kira-kira 7 tahun yang lalu seorang sahabat yang dulu sempat sekantor dengan saya (thanks PG untuk dukungannya) meyakinkan saya bahwa saya pasti bisa untuk berjualan produk makanan, katanya sih enak dan cocok di lidahdan , saya memantapkan hati untu trial dan error sambil bagi-bagi sample pada teman-teman. Tetapi belum ada pesanan masuk dan karena sibuk lagi-lagi terlupakan.



Entah mengapa sekitar 3 tahun lalu saya cukup tergelitik oleh salah seorang anak tetangga saya yang full time mengerjakan bisnis kue via online dan bahkan sampai meninggalkan bangku kuliahnya untuk menekuni usahanya. Bahkan sampai diliput stasiun TV nasional  dan punya 2 cabang di Jakarta dan di Malang. Saya merasa tertohok, masa kalah dengan anak belum lulus kuliah…..OMG.



Singkat cerita, entah bagaimana
salah satu karya saya untuk Felix
ceritanya sedikit-sedikit order mulai masuk. Kalau dipikir-pikir saya juga tidak terlalu bisa menjelaskan, yang pasti order mulai masuk, entah dari teman lama, teman kantor dll. Bila direview apakah karena memang anak bawa rejeki, karena memang sejak kehadiran Felix usaha saya ini mulai menghasilkan, dan memang hasilnya saya pakai untuk kepentingan Felix. Satu hal yang pasti, bahwa Tuhan sudah menyiapkan semuanya bahkan adanya orderan masuk hampir dapat dipastikan pada saat saya sedang butuh dana.



Banyak teman yang menanyakan beberapa pertanyaan berikut:


  • apakah saya tidak capek harus bekerja di kantor dan mengurus rumah tangga (tanpa asisten rumah tangga, saya hanya menggunakan warnen, asisten yang hanya bekerja beberapa jam tiap datang). Jawaban saya, ya saya capek
  • apakah hasilnya lumayan? Ya, tapi tentunya bekerja di kantor hasilnya lebih besar karena memang usaha saya masih merintis dan belum rutin.
  • Kalau hasilnya tidak banyak buat apa? Apa tidak lebih baik kerja yang lebih menghasilkan, asuransi, property? Jujur beberapa teman melontarkannya sambil sedikit mencibir. Menurut saya pribadi, pekerjaan bukan hanya soal uang, memang tidak munafik bahwa saya juga butuh uang untuk hidup, apalagi kebutuhan hidup semakin tinggi. Tapi saya bahagia menjalaninya walau harus kurang tidur. Selain itu rejeki sudah diatur Tuhan, bayangkan kalau semua orang jual asuransi, siapa yang beli? Atau semua orang jual property, siapa yang beli. Justru rejeki saya di memasak, tapi saya juga tidak menutup kemungkinan bila ada pintu lain yang dibukakan oleh Tuhan.
  • mengapa saya melakukannya? Saya bahagiaaaaaa, saya seakan menemukan kembali jati diri saya, saya menemukan kesenangan saat saya bereksperimen di dapur tanpa gangguan. Lebih senang lagi saat kelinci percobaan saya, eko suka karya saya, bahkan Felix mulai bisa dimintai pendapat. Hobby berkutat di dapur tersalurkan, hobby shopping tersalurkan saat belanja bahan-bahan. Hal lain yang juga membuat saya bahagia adalah pada saat orang suka dengan kue buatan saya bahkan sampai repeat order berkali-kali. Alasan lain adalah: saya ingin punya penghasilan lain, siapa tahu saya bisa jadi pebisnis (amin terkabul), yang paling penting saya menyiapkan masa tua saya. Saya tidak mungkin bisa bekerja seumur hidup di tempat saya bekerja, maksimal mungkin hanya sampai 55 tahun. Padahal setelah saya tua bukan berarti tidak perlu uang untuk hidup, saya juga tidak mau merepotkan anak, karena mereka kelak akan punya keluarga sendiri dan sudah cukup banyak pengeluaran. Bila usaha saya berjalan, saya berharap kelak saat saya sudah pension, saya masih bisa bekerja bukan hanya untuk hidup tetapi untuk mempertahankan semangat saya juga, mencegah pikun, masalah jati diri dll.




Saya sangat bahagia menjalaninya, dan bahkan bila tidak ada pesanan saya biasa coba-coba resep, siapa tahu bisa jual varian baru lagi.



Saya masih ingin banyak belajar, seandainya saya punya lebih banyak waktu pasti saya akan banyak mengikuti kursus.