Senin, 16 Februari 2015

I found back my old me

Baru saya sadari akhir-akhir ini betapa bahagianya saya. Bukan karena hal yang luar biasa, tetapi hobby saya yang sudah terkubur begitu lama mulai tersalurkan. Selain itu saya mulai melihat munculnya tanda-tanda penuaan. Usia yang sudah memasuki usia 30an, tidak dapat berbohong. Penuaan mulai terjadi, seperti kulit yang mulai keriput disekitar mata dan tumbuhnya uban (alias rambut putih), oh nooooo. Saya masih merasa berusia 25 tahun padahal aslinya jauh lebih tua dari itu. Dan lucunya saya seakan menemukan kebahagiaan saya kembali di usia yang tidak lagi muda wkwkwkwkwk



Dulu pada masa saya masih sekolah di bangku SMP dan SMU, saya punya keinginan untuk bisa memasak dan membuat kue, bahkan keinginan ini yang membuat saya memilih jurusan Fakultas Teknologi Pangan di Unika Widya Mandala pada saat memilih jurusan kuliah selepas SMU. Karena pada saat pihak Universitas datang ke sekolah untuk promosi, dan saat bertanya-tanya yang saya tangkap dari penjelasan mereka adalah bahwa jurusan Fakultas Teknologi Pangan tidak hanya mempelajari aneka pengolahan makanan tetapi juga semua reaksi yang terkait di dalamnya.



Keinginan saya untuk terampil membuat kue dan memasak terkubur kesibukan kuliah dan organisasi di luar kegiatan kuliah. Dengan jadwal praktikum yang padat dan banyaknya tugas membuat rutinitas saya penuh dan melupakan cita-cita saya.



Sebenarnya keinginan untuk berjualan kue dan makanan sudah lama ada, bahkan dari dulu saya sudah mendorong mami saya untuk jual kue (menurut saya mami saya lumayan jago buat kue buat anak-anaknya).



Kira-kira 7 tahun yang lalu seorang sahabat yang dulu sempat sekantor dengan saya (thanks PG untuk dukungannya) meyakinkan saya bahwa saya pasti bisa untuk berjualan produk makanan, katanya sih enak dan cocok di lidahdan , saya memantapkan hati untu trial dan error sambil bagi-bagi sample pada teman-teman. Tetapi belum ada pesanan masuk dan karena sibuk lagi-lagi terlupakan.



Entah mengapa sekitar 3 tahun lalu saya cukup tergelitik oleh salah seorang anak tetangga saya yang full time mengerjakan bisnis kue via online dan bahkan sampai meninggalkan bangku kuliahnya untuk menekuni usahanya. Bahkan sampai diliput stasiun TV nasional  dan punya 2 cabang di Jakarta dan di Malang. Saya merasa tertohok, masa kalah dengan anak belum lulus kuliah…..OMG.



Singkat cerita, entah bagaimana
salah satu karya saya untuk Felix
ceritanya sedikit-sedikit order mulai masuk. Kalau dipikir-pikir saya juga tidak terlalu bisa menjelaskan, yang pasti order mulai masuk, entah dari teman lama, teman kantor dll. Bila direview apakah karena memang anak bawa rejeki, karena memang sejak kehadiran Felix usaha saya ini mulai menghasilkan, dan memang hasilnya saya pakai untuk kepentingan Felix. Satu hal yang pasti, bahwa Tuhan sudah menyiapkan semuanya bahkan adanya orderan masuk hampir dapat dipastikan pada saat saya sedang butuh dana.



Banyak teman yang menanyakan beberapa pertanyaan berikut:


  • apakah saya tidak capek harus bekerja di kantor dan mengurus rumah tangga (tanpa asisten rumah tangga, saya hanya menggunakan warnen, asisten yang hanya bekerja beberapa jam tiap datang). Jawaban saya, ya saya capek
  • apakah hasilnya lumayan? Ya, tapi tentunya bekerja di kantor hasilnya lebih besar karena memang usaha saya masih merintis dan belum rutin.
  • Kalau hasilnya tidak banyak buat apa? Apa tidak lebih baik kerja yang lebih menghasilkan, asuransi, property? Jujur beberapa teman melontarkannya sambil sedikit mencibir. Menurut saya pribadi, pekerjaan bukan hanya soal uang, memang tidak munafik bahwa saya juga butuh uang untuk hidup, apalagi kebutuhan hidup semakin tinggi. Tapi saya bahagia menjalaninya walau harus kurang tidur. Selain itu rejeki sudah diatur Tuhan, bayangkan kalau semua orang jual asuransi, siapa yang beli? Atau semua orang jual property, siapa yang beli. Justru rejeki saya di memasak, tapi saya juga tidak menutup kemungkinan bila ada pintu lain yang dibukakan oleh Tuhan.
  • mengapa saya melakukannya? Saya bahagiaaaaaa, saya seakan menemukan kembali jati diri saya, saya menemukan kesenangan saat saya bereksperimen di dapur tanpa gangguan. Lebih senang lagi saat kelinci percobaan saya, eko suka karya saya, bahkan Felix mulai bisa dimintai pendapat. Hobby berkutat di dapur tersalurkan, hobby shopping tersalurkan saat belanja bahan-bahan. Hal lain yang juga membuat saya bahagia adalah pada saat orang suka dengan kue buatan saya bahkan sampai repeat order berkali-kali. Alasan lain adalah: saya ingin punya penghasilan lain, siapa tahu saya bisa jadi pebisnis (amin terkabul), yang paling penting saya menyiapkan masa tua saya. Saya tidak mungkin bisa bekerja seumur hidup di tempat saya bekerja, maksimal mungkin hanya sampai 55 tahun. Padahal setelah saya tua bukan berarti tidak perlu uang untuk hidup, saya juga tidak mau merepotkan anak, karena mereka kelak akan punya keluarga sendiri dan sudah cukup banyak pengeluaran. Bila usaha saya berjalan, saya berharap kelak saat saya sudah pension, saya masih bisa bekerja bukan hanya untuk hidup tetapi untuk mempertahankan semangat saya juga, mencegah pikun, masalah jati diri dll.




Saya sangat bahagia menjalaninya, dan bahkan bila tidak ada pesanan saya biasa coba-coba resep, siapa tahu bisa jual varian baru lagi.



Saya masih ingin banyak belajar, seandainya saya punya lebih banyak waktu pasti saya akan banyak mengikuti kursus.

2 komentar:

  1. Keren lohhh... Itu yang namanya passion... Kalo aku, aku sering bertanya-tanya sama diriku sendiri, passionku apa ya? Kayaknya nggak ada hahahah...

    BalasHapus