Minggu, 25 Desember 2016

Kind hearted boy

Minggu sore kemarin, saat papi kerja, mami di rumah dengan Felix. Awal-awal kami memanen pohon mangga di depan rumah, dia bagian tarik. Bila secara pekerjaan, kami memanen jadi lebih lama, tetapi saya memang mau mengajak dia terlibat dalam pekerjaan sehari-hari, agar kelak bisa jadi anak yang mandiri.

Panen mangga mengingatkan saya akan masa kecil saya di Probolinggo yang terkenal sebagai kota mangga. Di rumah saya dulu ada 2 pohon mangga dan tentunya banyak teman yang suka, jadi saat berbuah saya dan teman-teman sering rujakan, tentunya bumbu dari mami saya yang menurut saya koki hebat dan ngga pernah kehabisan akal dalam memasak. Saya salut sama mami saya yang walaupun single parent sejak saya kelas 4 SD, mampu membiayai 2 anak kuliah dengan layak, bekerja, dan mengurus rumah tangga. Saya juga kagum dengan kemampuan memasaknya.

Kenangan masa SMP dan SMA yang menyenangkan bersama teman-teman, semoga kelak Felix juga akan memiliki masa remaja yang menyenangkan bersama teman-temannya.

Ditengah memanen mangga, tiba-tiba dia bilang “kok Yuk meninggal? Sudah tua ya Yuk nya?”. Yuk, panggilan kami pada warnen yang sudah membantu keluarga kami 2 bulan sebelum Felix lahir. Saat papi ke luar kota atau tidak bisa jemput, si Yuk yang biasa bantu saya untuk gendong Felix saat jemput dari daycare. Jadi saat sudah ada kedekatan, entah kenapa dia kangen sama si Yuk, yang sudah 2 bulan lebih tidak masuk karena sakit dan meninggal sekitar 3 minggu yang lalu. Jujur saya kaget dengan statement nya, dia tidak hanya bilang begitu tapi sambil mbrambang (bahasanya, matanya berkaca-kaca sambil menahan tangis). Langsung saja saya taruh alat untuk panen mangga (ditempat saya namanya gurung) dan saya hampiri dan peluk dia.
Perasaan saya campur aduk, bingung juga jelasinnya mengenai konsep orang meninggal pada anak 4 tahun. Semoga dia paham. Saya menyampaikan bahwa semua orang ataupun hewan pasti meninggal, dan itupun artinya Tuhan juga sayang pada yang meninggal. Mungkin dalam hatinya dia kangen sosok Yuk yang biasanya seminggu 3kali ke rumah untuk bantu kerjaan rumah tangga, sekarang semua maminya yang kerjakan dan maminya jadi lebih sering ngomel karena capek. Di sisi lain saya senang juga, karena dia punya perasaan yang lembut hati. Semoga sampai dewasa kelak hatimu tetap lembut.

Tampaknya waktu bergulir cepat sekali, bayi yang dulu saya gendong, sekarang bahkan saya sudah kesulitan untuk menggendongnya. Saat melihatnya tidur, melihat tubuhnya yang sudah tinggi, rasa senang, dan sayang sulit diungkapkan dengan kata-kata, betapa banyak moment yang sudah dilewatkan dalam perkembangan tumbuh kembangnya karena kesibukan bekerja. Kelak engkau akan paham pilihan yang harus diambil mami papimu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar