Kamis, 22 Oktober 2015

Finally Tumpang

Rasanya terakhir kali saya ke Pertapaan Karmel Tumpang adalah awal tahun 2012, berarti sekitar 3 tahun yang lalu. Itupun ke Tumpang untuk konseling, karena saya merasa luar biasa jenuhhhhhh. Seiring dengan berjalannya waktu, kelahiran baby di awal 2013 sampai saat ini keinginan untuk ke Tumpang terpendam dalam sekali, walaupun kerinduan untuk ke sana begitu besar.

Akhirnya pada 10-11 Oktober 2015 yang lalu kami ke Tumpang, dan inipun pengalaman perdana Felix ke Tumpang. Kami pergi ke Tumpang dalam rangka acara rekoleksi dalam rangka ulang tahun Wilayah kami, karena acara diadakan di Tumpang, tanpa pikir panjang kami langsung bersedia ikut. Sambil ajak teman-teman yang saya kenal di wilayah, barulah saya tahu kalau pengaturan kamar cewek sendiri dan cowok sendiri, barulah saya galau….. akhirnya dengan perjuangan panjang, kami bisa sekamar.

Sabtu tgl 10 saya yang seharusnya masuk sengaja tukar libur, harapan kami ingin berangkat lebih dahulu untuk menghindari macet, awalnya mau semobil dengan keluarga Yuliana tetapi ngga jadi akhirnya kami berangkat jam 1 siang kumpul bersama peserta yang lain. Sekitar 1.15 kami berangkat dengan 6 penumpang menuju Tumpang. Puji Tuhan perjalanan lancar dan kami tiba di Tumpang setelah menempuh perjalanan selama 3 jam, kami melalui tol baru yang langsung turun di dekat Taman Dayu Pandaan.

Setiba di Tumpang kami mencoba menyapa beberapa suster, salah satunya Sr. Magda yang ditugaskan di dapur, namun sayang sekali beliau sedang cuti dan pulang kampung juga Suster Ima di resepsionis, rasanya begitu lama kami tidak menginjakkan kaki di Tumpang.


Begitu datang langsung disambut dengan pisang goreng khas tumpang dengan the hangat dan kopi tubruknya, sungguh nikmat walaupun snack yang sederhana sekali. Sesi mulai jam 5 sore dan kami mengikuti sesi. Seusai sesi pertama makan malam tiba dan menunya bakmoi tahu dengan telur masak kecap, sungguh mengobati kerinduan kegiatan camping rohani. Lalu lanjut sesi, dan Felix ikut acara sekolah minggu dengan saya, karena belum banyak kenal dia kurang menikmati. Dan acara dilanjutkan dengan Adorasi Taize, karena juga ada kelompok yang sedang rekoleksi untuk Adorasi digabung. Awalnya saya galau apakah akan ikut atau akan menidurkan Felix, saya mantapkan hati untuk mengikuti adorasi dan sungguh baru lagu pertama air mata saya langsung menetes, rasanya kegalauan, kerinduan hati meleleh bisa merasakan hadirat Tuhan begitu dekat. Dan karena suasana yang sejuk dengan alunan lagu yang lembut Felix tertidur di pangkuan saya. Semoga dia kelak juga mau ke Tumpang dan menjadi aktivis juga.

adorasi
Begitu masuk kamar, langsung saya terkejut karena tempat tidur di set single untuk 3 orang, dengan 1 ranjang susun, hmmmm putar otak akhirnya dimodifikasi, ranjang dibuat mepet sehingga lebar dan spon ranjang atas ditaruh lantai, saya pribadi khawatir karena  sadar badan besar takut kalau tidur di atas ada kecelakaan malah menimpa junior. Tepat saya mulai ngantuk Felix bangun minta pulang karena merasa sumuk (panas) dan dia merasa jelek kamarnya. Puji Tuhan saat dibisikin papinya bahwa hidup ngga selalu enak kadang juga susah, dia bisa tidur lagi.

Keesokan harinya diawali dengan doa Yesus lalu makan pagi dan lanjut sesi, kali ini Felix mbolos sekolah minggu malah main di taman bersama Nathan. lanjut makan pagi dengan mie kuah dan tahu yang digoreng kering dan disiram sambal kecap dan seledri. Puji Tuhan Felix suka mie nya dan makannya banyakkkkkk.

Tepat jam 9 pagi lanjut misa hari minggu, dan lagi-lagi Felix bobo, para peserta rekoleksi sampai heran lihat Felix bobo dengan nyenyaknya selama misa. Habis misa seperti biasa beli kue khas Tumpang, ote ote dan sale pisang, ternyata Felix suka sale pisang gorengnya. Saya juga beli kering kentang untuk stok lauk sarapan Felix saat sekolah.

Lalu lanjut dinamika kelompok foto dan pulang. Dan tanpa diduga bertemu anggota KTM Tulungagung yang lama sekali tidak jumpa tentunya harus diabadikan momentnya.

Setelah lama tidak melihat kesederhanaan para Suster, dan sibuk dengan berbagai hal duniawi di Surabaya, melihat mereka hanya menggunakan sandal jepit sehari-hari seolah menegur saya, apa yang saya cari di dunia ini, bukankah sederhana itu indah. Apa yang kita butuhkan? Kita butuh makan bukan butuh makan mahal, kita butuh tempat tinggal tapi bukan butuh rumah super mewah dengan harga milyaran, semoga saya juga bisa tetap hidup sederhana dan tetap bersyukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar