sebelum sel action dulu |
Akhirnya setelah 2,5 tahun ngga berkomunitas, hanya rutinitas biasa, hanya dari sekedar bbm sederhana kami, sel ESCJ akhirnya bisa sel pada 16 Agustus yang lalu. Saya pun tidak menyangka bahwa banyak sekali yang datang, Mirna yang sudah lebih lama dari saya tidak sel di ESCJ, Susan yang tinggal di Jakarta, Dimas – Dewi yang sudah memiliki 3 anak dan juga sudah lama tidak sel, Alfons/Benny yang juga sudah lama tidak sel, Marina-Patrick yang juga sudah ada 2 anak dan lama tidak sel, Deb-Michael, Lili, Ko Ferry. Wow luar biasa bagaimana cara Tuhan mengumpulkan kami hanya dari sekedar chat di bbm dan kami bisa berkumpul.
Kami sel seperti biasa diawali doa pembukaan dan pujian, mungkin banyak yang canggung sehingga saat menyanyikan pujian masih kurag kompak, ada yang sibuk dengan anaknya dll. Tentunya untuk anak-anak saya bawa mainan, mobil-mobilan supaya anak-anak bisa duduk diam.
Lanjut sharing. Sharing yang sangat mengena buat saya adalah mengenai rejeki. Karena bertepatan dengan ultah pernikahan salah satu rekan, dia sharing bagaimana penyertaan Tuhan dalam pernikahan mereka, dia bersyukur sudah disediakan Tuhan pasangan yang terbaik, walaupun memang karena berbagai faktor ada perselisihan tetapi semuanya indah, termasuk bagaimana Tuhan menyertai perekonomian keluarga. Satu hal yang sangat menyentuh saya yaitu, Tuhan sudah menyediakan bagian rejeki tiap-tiap orang dan tergantung pada kita bagaimana mengolah dan menggunakan rejeki yang sudah kita dapatkan, apakah hanya digunakan untuk belanja, berfoya-foya, kita mau berbagi dengan yang kurang mampu, ditabung dll.
Saat masuk saat teduh/penyembahan, baru nyanyi, air mata ini sudah tak dapat dibendung lagi, betapa rindu hati ini bersekutu dengan Tuhan. Felix sampai melihat saya dengan heran “mami nangis”, “ kok nangis”. Suatu ketika dia akan paham bahwa banyak hal yang bisa membuat kita menangis bukan hanya hal yang sedih, tapi juga hal yang membahagiakan, hal yang melegakan.
Lalu masuk firman, yang diambil dari injil Markus sebagai berikut:
Markus 4:35-41
Konteks
Angin ribut diredakan
4:35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." 4:36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu n di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. 4:37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. 4:38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" 4:39 Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. 4:40 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya? o " 4:41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"
Sang pembawa firman mengawali dengan sedikit cerita bahwa pertama kali dia datang sel kondisinya sudah sangat berbeda dengan saat ini, ada yang sudah punya anak, ada yang anaknya bertambah banyak, ada yang menikah dllsb. Intinya setiap orang punya bahteranya masing-masing, bila pada saat single kita berada di bahtera orang tua kita, saat sudah menikah kita yang mengemudi bahtera kita. Dan satu hal yang perlu untuk mengarungi bahtera kehidupan adalah doa, kalau dulu orang tua kita berdoa untuk keluarganya, dan saat kita sudah menikah dan kita tidak berdoa untuk bahtera kita, siapa yang akan berdoa atau mendoakan kita?
Dari bacaan tersebut disimpulkan oleh pembawa firman nada 2 B:
Bawa Yesus (seperti ayat 4:36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu). Karena kita adalah nahkoda maka kita perlu mengajak Yesus dalam keluarga kita seperti para murid. Kita mulai dari yang sederhana, berdoa bersama, makan bersama, memperkenalkan Yesus dan alkitab dan semua tradisi Katolik pada anak-anak.
Bangunkan Yesus (seperti ayat 4:38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"), saat kita mengalami tantangan bangunkan Yesus, kita panggil Dia. Dan info dari pembawa firman yang sudah lebih lama berumah tangga adalah bahwa tantangan berumah tangga paling banyak adalah dari awal pernikahan sampai sekitar 8 thn usia pernikahan. Bangunkan Yesus, maksudnya saat kita sudah putus asa dengan permasalahan yang kita hadai karena terlalu pelik, terlalu rumit dan seolah tak ada jalan keluar kita perlu usaha untuk membangunkan Yesus untuk turut serta dalam penyelesaian apa yang sedang kita hadapi. Membangunkan Yesus juga merupakan sebuah proses, tidak hanya untuk membangunkan Yesus, tetapi terkadang untuk membangunkan Yesus ada proses lain yang harus kita lalui, misalnya pertobatan dan penyerahan diri kita
Saya bahagia bisa sel setelah sekian lama, setelah selesai seperti biasa foto-foto dan makan. Semua pada urus anaknya sendiri-sendiri lalu ngobrol, seperti biasa cewek ngumpul sendiri demikian juga dengan para cowok. Entah kapan bisa kumpul lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar