Rabu, 04 Mei 2016

merenung sejenak

Akhir-akhir ini saya sedang banyak merenung tentang hidup ini. Rasanya banyak sekali orang di sekitar saya yang meninggal dunia. Tampaknya berita duka memang bisa banyak membuat kita merefleksikan kembali kehidupan kita pribadi. Memang usia manusia tidak ada yang tahu, hanya sang Pencipta yang menentukan masa kehidupan kita. Setiap individu, punya tantangannya sendiri-sendiri, dan Tuhan sudah atur sedemikian rupa bahwa beban tiap orang sudah sesuai dengan kemapuannya, tidak akan Tuhan tetapkan beban yang melebihi kemampuan kita, jadi teringat ayat emas saya sedari dulu :"

1 Korintus 10:13, Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Roma 8:28, Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Seringkali kita merasa hidup kita yang paling buruk dan penuh kesialan, mengapa kita, sedangkan orang lain tidak mengalami yang sama. Padahal banyak juga orang di luar sana yang melihat hidup kita penuh keirian, mengapa hidupnya tidak seenak kita, hanya saja kita tidak sadar atau tidak tahu akan hal ini.

Saya pribadi, semua tetua di keluarga saya sudah meninggal, hanya tinggal adik saya keluarga dekat saya. Buat saya pribadi, saya bukan takut meninggalnya, tapi saya lebih takut ditinggalkan oleh orang-orang yang saya sayang. Entah bagaimana, ada rasa kesepian yang mendalam, terutama saat butuh tempat curhat. Saat banyak teman merayakan ultah ibunya, merayakan hari ibu dengan memberi bunga atau kue, saya tidak sempat melakukannya pada mami saya. Saat melihat banyak teman saya melahirkan ditemani maminya, makanan disiapkan, atau sekedar ditemani saja dan diajak mengobrol, sedangkan saya semua harus dilakukan sendiri rasanya pedih sekali hati ini. Tetapi di lain pihak, banyak juga wanita di luaran sana yang saat melahirkan bahkan ditinggalkan oleh pasangannya, sedangkan suami saya sering pulang lebih awal saat saya cuti melahirkan, saat malam kami bergantian menjaga anak, saya akan istirahat sampai jam 12 malam dan selama saya beristirahat bagiannya untuk menjaga junior dengan bekal ASI-P dan lewat jam 12 sudah jadi bagian saya, betapa bersyukurnya saya dikaruniai suami yang sayang keluarga.

Kekhawatiran, mungkin adalah permasalahan yang dialami oleh semua orang, termasuk saya sendiri. Apapun bentuk kekhawatirannya, uang, masa depan, kesehatan, anak dll.

Berikut beberapa kekhawatiran  yang sangat mengusik saya:

  • Uang. Karena memang uang dibutuhkan untuk hidup tetapi tidak dapat membeli hidup itu sendiri. Demikian juga saya, melihat kebutuhan hidup yang semakin tinggi, terutama biaya pendidikan dan biaya kesehatan yang melambung tinggi, seolah tidak bisa diraih dengan peningkatan gaji, karena memang saya seorang pekerja, membuat saya juga khawatir akan masa depan saya, bagaimana biaya sekolah anak kelak, bila saya sakit berapa biayanya, saat saya sudah tidak bekerja, apa yang menjadi sumber mata pencaharian saya dst. Walaupun memang dalam sepanjang kehidupan saya, saya merasakan penyertaan Tuhan dalam  hidup saya dari saya kecil sampai saat ini. Saya tidak tumbuh dari keluarga kaya yang selalu bisa menuruti keinginan saya, tetapi keluarga saya juga tidak kekurangan, kami bisa makan 3x sehari, sekolah yang baik, bukankah itu sudah lebih dari cukup. Bahkan dalam kehidupan saya pribadi saat ini, entah bagaimana caranya pemeliharaan Tuhan tidak pernah terlambat sedikitpun, saat saya butuh uang ada saja tambahan penghasilan, ada saja orang yang pesan kue atau cara lain. Memang benar, Tuhan akan selalu menyediakan kebutuhan anakNya, tidak akan dibiarkan kekurangan (bukan berkelimpahan juga ya, karena seringkali kita salah tafsir).
  • Seberapa besar saya bisa berkesan bagi sesama.  Bukan untuk mendapat pujian dll tetapi bagaimana pribadi saya berkesan terhadap orang lain. Bukan untuk cari muka atau cari penggemar, tetapi saya sangat terkesan saat melihat mami dan mama mertua saya meninggal banyak sekali orang yang datang melayat dan ikut menangis saat melayat atau menghantar ke pemakaman. Artinya banyak orang yang kehilangan mereka. Bagaimana suami dan anak saya merasakan kehadiran saya, saya ingin sekali berguna buat semua orang semampu saya dan semaksimal mungkin. Saya tidak ada keinginan untuk disayang ataupun dihormati banyak orang juga, tetapi jauh lebih penting bagi saya ada orang yang memang benar-benar sayang pada saya dan memang menganggap saya berkesan dalam hidup mereka.
  • Arti hidup. Apakah hidup hanya diisi dengan bekerja, karena memang saya bekerja setiap hari dari pagi hingga petang. Ada keinginan dalam lubuk hati untuk bisa bekerja sendiri, berwiraswasta dan bisa menjaga anak di rumah dengan tetap berpenghasilan. Saya juga ingin sekali bisa jalan-jalan dan menikmati hari libur bersama keluarga, walau belum bisa banyak jalan-jalan tetapi setidaknya kami mulai banyak menghabiskan waktu walau hanya di rumah dan bercanda. Menurut saya kebahagiaan tidak hanya dari seberapa banyak harta kita (walaupun kita tetap harus menabung), tetapi bagaimana kita bisa mengatur dan memprioritaskan, antara keluarga, bekerja, persahabatan, Tuhan dll. Seiring dengan berjalannya waktu memang ada perubahan bagaimana saya memprioritaskan, misal saat kita SMP-kuliah tampaknya teman lebih kita utamakan dari pada keluarga, karena kita masih dalam tahap pencarian jati diri dan merasa teman/peergroup lebih memahami kita, tetapi setelah berkeluarga dan punya anak, 80% akan lebih memprioritaskan keluarga. Tantangan tersendiri bagi saya bagaimana saya mengatur waktu antara bekerja, waktu bersama anak, orderan kue, membangun bisnis untuk masa tua saya, dan “me time”.


Hidup hanya sekali, saya tidak mau menyia-nyiakannya. Hanya tinggal dijalani dengan ikhlas saja. Dan lebih banyak bersosialisasi (kualitas lebih penting, menurut saya), luangkan waktu berlibur, dan tentunya lakukan yang kita suka, raih cita-cita.



Kiranya Tuhan memberkati kehidupan saya dan keluarga, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar